Gubernur Harus Turun ke Daerah
Dua periode dipercaya memimpin Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur membuat Ir. H. La Nyalla Mahmud Mattalitti memahami taksonomi dunia bisnis dan problematika ekonomi regional.
Karakter La Nyalla yang cenderung menjadi problem solver dan pantang menyerah, membuat Kadin Jatim menjadi salah satu Kadin Provinsi yang paling aktif di antara anggota Kadin Indonesia.
Karena itu, dalam perbincangan kali ini, banyak ide dan pikiran La Nyalla tentang ekonomi regional Jawa Timur yang menarik diikuti. Berikut petikannya:
— Secara umum sektor apa saja yang harus diperhatikan sehingga kondisi ekonomi Jatim bisa tetap bagus?
Tentu sektor investasi, konsumsi, transportasi barang serta perdagangan harus secara terus-menerus dikuatkan. Di luar sektor-sektor itu, ada beberapa yang juga perlu diperhatikan. Seperti sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan.
Di sektor pertanian, misalnya, kini kondisi lahan telah mengalami mutasi pemanfaatan sekitar 1.100 hektar per tahun. Manajemen pemanfaatan lahan harus diperhatikan. Pencetakan lahan baru pertanian harus terus dianggarkan. Selain fasilitas teknis seperti irigasi, bibit dan pupuk. Selama ini Jatim masih menjadi salah satu daerah lumbung pangan nasional, sehingga kondisi ini harus terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Sedangkan untuk sektor industri, dari catatan di Kadin, impor bahan baku masih cukup tinggi yakni sekitar 79,83%. Juga tantangan lain di sektor perdagangan berupa biaya logistik yang masih tinggi. Di sektor transportasi barang, bukan hanya fasilitasnya yang ditingkatkan kinerjanya, tapi harus mampu menciptakan satu sistem logistik daerah (sislogda) yang efektif dan efisien. Tingginya bahan baku industri harus diarahkan kepada hasil industri yang berorientasi ekspor.
Pemerintah provinsi harus mampu melakukan komunikasi efektif dengan otoritas jasa pelabuhan untuk terciptanya sislogda yang murah dan efisien. Sehingga barang ekonomi Jatim menjadi kompetitif. Bongkar-muat barang dari depo di daratan pelabuhan bisa lebih cepat, peningkatan pelayanan terhadap pelayaran semaksimal mungkin sehingga biaya angkutan jadi murah, sehingga dwelling time bisa ditekan hingga maksimal 3 hari.
— Jatim tercatat memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, apakah distribusi perekonomian sudah merata di Jatim?
Jawa Timur adalah provinsi yang luar biasa besar potensinya. Semua sektor yang ada di Jatim berdaya saing. Baik pertanian, jasa, perdagangan, pariwisata, apalagi industri. Hanya saja kondisi sektor ekonomi itu di masing-masing kabupaten/kota agak berbeda. Sehingga distribusi hasil pembangunan perekonomian belum terkonsolidasi. Masih ada disparitas antar kawasan di provinsi di Jatim, Timur, Selatan, Barat dan Utara. Di sinilah prioritas yang harus dilakukan oleh Pemprov Jatim.
Menstimulasi kekuatan ekonomi ke arah pemerataan di Jatim memang bukan perkara mudah. Tapi harus terus menerus diupayakan. Tidak boleh tidak. Jumlah penduduk Jatim yang besar merupakan tantangan yang tidak ringan untuk mencapai pemerataan ekonomi yang ideal. Tapi harus terus dikejar. Tidak ada yang tak mungkin dalam hidup ini sepanjang terus diupayakan.
Jika kepemimpinan di provinsi bisa berjalan efektif, maka koordinasi dan komunikasi dengan kepala daerah di bawahnya (bupati/walikota) bisa lebih kuat. Jangan lupa, fungsi utama gubernur adalah fungsi koordinatif. Sebab yang punya wilayah dan punya rakyat adalah bupati/walikota.
Pemprov Jatim harus terus mendorong dan mengupayakan daerah-daerah tertinggal untuk diprioritaskan penguatan ekonominya agar pertumbuhan jadi merata dan seimbang. Distribusi investasi harus di arahkan ke wilayah sana. Tentu Pemprov juga mengupayakan penguatan infrastruktur agar investor berkenan.
Fungsi Pemprov ke depan harus memainkan keseimbangan tersebut. Pemprov harus menjadi inisiator dan negosiator utama ke pemerintah pusat untuk penguatan infrastruktur di daerah-daerah (kabupaten/kota) yang masih tertinggal secara ekonomi.
— Yakin pemerataan ekonomi di Jatim bisa dicapai?
Harus. Kenapa tidak. Saya selalu yakin dengan apa yang saya katakan dan saya lakukan. Saya sudah membawa Kadin Jatim ke arah keseimbangan antar daerah dalam provinsi sejak tujuh tahun terakhir. Baik secara kelembagaan, maupun keseimbangan penguatan antar pengusaha antar daerah. Kadin Jatim sudah banyak membuatkan akses dan jaringan antara pengusaha daerah (kabupaten/kota) dengan kekuatan pasar ekonomi-bisnis regional maupun internasional. Penguatan industri dan akses pasar harus diseimbangkan ke semua daerah kabupaten/kota yang ada di Jatim.
Sektor industri bisa menjadi backbone keseimbangan pemerataan perekonomian di Jatim. Karena sektor industri selama ini telah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB Jatim yakni sekitar 29%. Selain mengerek sektor terkait lainnya, sektor industri juga bisa menaikkan daya beli masyarakat melalui rekrutment tenaga kerja sebanyak mungkin. Tinggal distribusinya yang perlu diarahkan secara merata ke seluruh kawasan di Jatim. Tentu infrastruktur dan akses transportasi diperkuat.
Penguatan pelabuhan di wilayah pantura mulai dari Tuban hingga Banyuwangi, maupun wilayah selatan harus terus dikejar. Harus didorong juga tumbuhnya industrial estate dan pergudangan di sekitar pelabuhan daerah. Dan harus dikawal perkembangannya secara terus-menerus. Fasilitasnya terus diperkuat. Tiga pilar utama industri, yakni bahan baku, transportasi, tenaga kerja dan jasa terkait lainnya juga harus diperkuat agar industrinya menjadi kuat.
Pemprov harus mampu melakukan mapping problematika yang dihadapi masing-masing daerah terkait penguatan ekonomi-bisnisnya. Khususnya dalam menghidupkan sektor industri. Dicarikan solusinya dan dikawal eksekusi kebijakannya. Kekompakan antar kepala daerah dalam satu kawasan di provinsi adalah mutlak harus. Untuk satu tujuan dalam rangka pemerataan ekonomi.
Penguatan kawasan adalah sistemik yang harus didukung semua kepala daerah yang ada di kawasan tersebut. Baik kawasan Timur Jatim, Barat, Selatan dan Utara. Misalnya industri migas di Bojonegoro harus didukung Bupati Tuban untuk sektor hilirnya, baik perizinan pipanisasi maupun kepelabuhanan migas.
Maka itu gubernur dan wakilnya harus mengetahui secara detil persoalan masing-masing ekonomi daerah. Jika perlu tiap hari harus berada di daerah kabupaten/kota. Semua kekuatan yang dimiliki oleh provinsi harus di arahkan untuk penguatan ekonomi kabupaten/kota. Karena sejatinya di situlah fungsi dan peran pemerintah provinsi dalam menyejahterakan rakyatnya.
— Sektor apalagi yang bisa mendorong perekonomian di Jatim?
Dalam pembangunan perekonomian nasional sektor properti memiliki peran penting. Begitu juga bagi pembangunan daerah seperti Jatim. Sektor ini sama strategisnya dengan sektor-sektor lain, seperti pertanian, industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain.
Properti dengan titik berat di bidang pembangunan perumahan dan konstruksi merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan efek berantai cukup panjang. Karena itu sektor ini punya dampak besar untuk menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Sektor properti mengerek lebih dari 175 produk industri terkait, seperti produk industri baja, aluminium, pipa, semen, keramik, batu bata, genteng, kaca, cat, furnuture, kayu, peralatan rumah tangga, alat kelistrikan, home appliances, gypsum, dan lain-lain. Industri bahan bangunan dan konstruksi tersebut umumnya sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Karena itu sektor properti langsung atau tidak telah mendorong produktifitas daerah, mengurangi angka pengangguran, dan menekan angka kemiskinan. Sektor properti sendiri menciptakan lapangan kerja cukup besar mulai tenaga kasar atau tukang, staf, hingga pekerja profesional.
Ini belum menyebut dampak positif terhadap profesi-profesi terkait, seperti arsitek, desainer interior, kontraktor, landscaper, property agent, notaris, dan sebagainya. Perbankan sudah pasti ikut merasakan kue bisnis sektor properti melalui penyaluran kredit, baik kepada pengembang (korporasi) maupun konsumen (KPR/KPA).
Pemerintah dan pengembang (REI dan Apersi) menyepakati suplai rumah dari semua tipe sekitar 400 ribu unit per tahun. Apabila harganya rata-rata Rp350 juta per unit, maka total nilai transaksinya mencapai Rp140 triliun per tahun dengan total serapan tenaga kerja sekitar 4 juta. Ini hanya dari sub sektor perumahan, belum produk properti lainnya seperti ruko, perkantoran, trade centre, mal, hotel, resor, kawasan industri, pergudangan, dan lainnya.(habis)